About Us

Situs ini adalah situs resmi untuk Kemajuan Pariwisata Banda Neira. Dibuat oleh Banda Bungin, seorang yang mempunyai darah campuran Banda Neira & Jawa. Keinginan pembuat situs ini adalah membuat daerah Banda Neira menjadi daerah wisata yang tak kalah Indahnya jika dibandingkan dengan Bali atau kawasan wisata terkemuka lainnya di dunia.


Secara khusus situs ini juga dipersembahkan untuk segenap keluarga besar di Banda Neira, Keluarga Bungin, Keluarga Djohar, Keluarga Assegaf, Keluarga Bahalwan, Keluarga Alkatiri, Keluarga Baadila, Keluarga Bansur, Keluarga Arsyad, Keluarga Morzed, Keluarga Maghrib, Keluarga Alatas, Keluarga Adzan, dan segenap keluarga besar lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu...

Ini situs kamorang semua... Mari kita dukung supaya Banda Neira jadi kawasan Wisata yang maju & didatangi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri...

Read More “About Us”

Sutan Sjahrir dimata Banda & Indonesia

Oleh Muhammad Farid, M.Sos
Dosen Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora STKIP Hatta-Sjahrir


Adakah orang Banda yang tidak kenal Sjahrir? Disamping popularitas Mohammad Hatta, sutan Sjahrir juga tidak kalah harum namanya di Banda Naira, pulau kecil tempat diasingkannya sejumlah tokoh pergerakan nasional sejak 1936 sampai 1942. Meski tergolong muda, Sjahrir tetap dihargai dan dihormati pemikirannya, bahkan—menurut banyak ahli sejarah—melampaui Mohammad Hatta atau Ir. Soekarno itu sendiri.

Namun bagaimanakah status (popularitas) Sjahrir dimata orang Indonesia umumnya? Jawabannya sungguh sangat menyedihkan. Menurut putri kedua Sutan Sjahrir, Siti Rabyah Parvati Sjah, “kebanyakan orang masa kini, generasi muda, mulai SD sampai mahasiswa, tokoh sipil ataupun militer, guru sejarah, tidak mengenal siapa Sjahrir.” Ironis memang, seorang pejuang, sekaligus negarawan, Sjahrir justru terlupakan bangsanya sendiri.

SIAPAKAH SJAHRIR?
Sjahrir adalah Perdana Menteri (PM) pertama Indonesia dengan begitu banyak pengalaman dalam diplomasi di masa kemerdekaan. Bahkan menurut para ahli sejarah, Sjahrir berperan penuh dalam membidani sistem parlemen itu sendiri. Sebagaimana yang ditulis Goerge McTurnan Kahin, dalam Nationalism and Revolution in Indonesia, Ia (Sjahrir) adalah asitek terjadinya pergeseran sistem pemerintahan pada November 1945 dari sistem Presidensial menuju Parlementer.

Di usia belasan tahun, Sjahrir telah terlibat aktif dalam perjuangan revolusi, bahkan ikut mempelopori lahirnya sumpah pemuda pada Oktober 1928. Kahin mengemukakan, Sjahrir adalah tokoh paling berpengaruh menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Meski tidak sedikit pula para ahli yang menentang pendapat itu.

Mungkin hanya orang Banda yang paling antusias mendukung peran Sjahrir terhadap kemerdekaan RI. Sebab, dimasa pembuangannya di Banda Naira, Sjahrir bersama Hatta telah membuktikan peranannya dengan mendirikan Sekolah Rakjat, yang bertempat di halaman belakang rumah Hatta. Menurut Des Awli (murid, sekaligus anak angkat keduanya), Hatta dan Sjahrir seringkali secara “sembunyi-sembunyi” mengajarkan nyanyian-nyanyian dengan irama lagu kebangsaan Indonesia Raya kepada murid-muridnya dalam bahasa Indo-Arab, jauh sebelum telinga orang Indonesia mendengarnya.

Aktivitas keduanya pun dibagi, jika Hatta lebih sibuk dengan urusan sekolah dan sering menghabiskan waktunya bersama buku-buku kesayangannya, Sjahrir lebih banyak memfokuskan dirinya bertemu para pemuda dan warga Banda sekitarnya. Meski demikian keduanya sama populer nya di mata orang Banda.

SJAHRIR DIMATA BANDA DAN INDONESIA
Lalu bagaimana “nasib” Sjahrir di wilayah lain negara ini? Dalam sebuah catatan perjalanan yang ditulis Syafruddin Ujang, tahun 2006—sebagai salah satu anggota rombongan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono, yang berkunjung ke Banda Naira untuk menghadiri lustrum perdana STP Hatta-Sjahrir—dapat kita lihat jelas perbedaannya. “Kepahlawanan Bung Hatta dan Bung Sjahrir yang dipuja di Banda Naira, nyaris tercerabut di Minangkabau” (asal kelahiran kedua tokoh, red), demikian awal tulisan Ujang.
Namun yang paling mengagumkan bagi penulis, adalah “bagaimana orang Banda mengapresiasi kedua tokoh nasional tersebut. Meski cuma tinggal selama enam tahun di masa pembuangan, Bung Hatta, Sjahrir dan sejumlah tokoh pergerakan kemerdekaan lainnya seperti dr. Tjipto Mangunkoesoemo dan I.K. Soemantri, sangatlah berkesan di hati masyarakat Banda….Dibuktikan dengan terpeliharanya rumah-rumah pengasingan tokoh-tokoh tersebut. Mengabadikan nama Hatta dan Sjahrir, untuk sebuah Masjid, dan juga untuk dua buah pulau, yaitu Pulau Pisang menjadi pulau Sjahrir, dan Pulau Rosengging menjadi Pulau Hatta…”

Tidak cukup sampai disitu, pada tahun 2001 silam, dibawah Yayasan Warisan dan Budaya Banda yang dipimpin Des Alwi, warga Banda Naira sepakat untuk mendirikan sebuah Perguruan Tinggi yang bernama Hatta-Sjahrir. Kini Lembaga Pendidikan—yang dipimpin langsung oleh Prof.Dr. Hamadi Husain, seorang putra asli Banda—tengah meningkatkan kualitasnya menuju Universitas, dengan tiga Fakultas; Fakultas Perikanan (terakreditasi), Fakultas Pendidikan (SK resmi tahun 2009), dan Fakultas Pertanian (tahap usulan).

Apresiasi yang begitu tinggi terhadap tokoh Nasional, khususnya Sjahrir di Banda Naira, tampaknya tak terjadi di wilayah Indonesia lainnya. Khususnya Sutan Sjahrir di tanah Minang tempat kelahirannya seolah lenyap ditelan bumi. Dari catatan sejarah, Sjahir, lahir di Padang Panjang pada lima Maret seribu sembilan ratus kosong sembilan. Namun peninggalan Sjahrir semasa kecil sulit ditemukan. Jejak yang masih bisa dilacak, adalah mengunjungi rumah adik tirinya, Rohana Kudus di Kampung Labuah Gadang di Koto Gadang. Namun, tidak ada satupun orang yang bisa ditemui. Kabarnya, rumah ini sejak lama sepi ditinggal penghuninya. Begitu pula dengan rumah kedua orang tua Sjahrir di Kampung Piliang, masih di Koto Gadang. Rumah besar ini kosong dan tidak terawat. Jejak Sjahrir sudah sulit ditemukan di tanah kelahiranya. Sejarah hanya mencatat, ia lahir di Tanah Minang ini dan tahun 1966 tutup usia di dalam tahanan di Zurich - Swiss. "Di samping Sjahrir, Tan Malaka juga tak bisa kalian cari," demikian tutur Oom Des, sapaan akrab Des Alwi.

INTELEKTUALISME SJAHRIR: Upaya memanusiakan manusia Indonesia

Sebagai bapak Sosialisme Indonesia, pemikiran dan visi Sjahrir terlampau jauh menembus zamannya, bahkan melampaui Soekarno dan Hatta itu sendiri, demikian pengakuan banyak ahli.
Menurut John Legge, seorang ahli sejarah Universitas Monash, Australia, yang dikutip Herdi Sahrasad, pemikiran Sjahrir mempunyai makna dalam beragam interpretasi. Makna pemikirannya bukan terletak pada perannya sebagai sebuah organisasi politik, melainkan pada fakta, bahwa dia merepresentasikan suatu aliran moral dan politik yang bersumber dari nilai-nilai kehidupan bangsa kita. Dia memperjuangkan human dignity, martabat manusia dengan segala suka dukanya. (Jawa Pos, 4 Maret, 2009).

Mungkin hanya Sjahrir, dan segelintir pejuang dan intelektual Indonesia yang aktif memperjuangkan martabat bangsa, sesuatu yang sudah terlalu asing pada pribadi petinggi negara kini. Perilaku korup, indisipliner, terjerat dalam belitan skandal moral, adalah bukti moral petinggi negara dan bangsa ini sedang kritis. Meskipun bukan sosok yang paling berpengaruh (dibawah bayang-bayang nama besar Soekarno-Hatta), Sjahrir muda telah meletakkan dasar prilaku dan moral yang mengagumkan, dan memberi contoh yang begitu mulia, bukan saja kepada pemuda-pemudi Indonesia, namun juga kepada orang yang lebih tua darinya.

Sebagai intelektual, ia enggan menjadi menara gading hingga melupakan rakyatnya yang jelata dan tak berpendidikan. Sebagai pemuda, ia tidak tercerabut dari akar moralitas hingga terjerat dalam belitan prilaku amoral. Jujur, Indonesia masih merindukan Sjahrir-Sjahrir muda terlahir kembali. Bangkit dan melawan krisis intelektualisme dan moralitas bangsa yang carut-marut ini.
Read More “Sutan Sjahrir dimata Banda & Indonesia”

Ikan Batik Berwajah Manusia di Laut Banda Neira

Satu lagi bukti kekayaan laut kita (Indonesia).
Ikan ini merupakan spesies baru, bila dilihat sekilas hampir mirip dengan ikan kerapu.
Yang lebih berciri khas Indonesia, ikan ini mempunyai motif lurik seperti batik di sekujur tubuhnya.

Yang tak kalah menarik dari penampilan ikan ini adalah mukanya yang datar dan mata menonjol sehingga sekilas mirip manusia. Apalagi dengan mulut yang lebar, sesekali terlihat seperti seseorang yang tersenyum.
Ikan unik dari perairan Ambon dengan bentuk tubuh yang bulat seperti kodok dan bermotif batik ini ditahbiskan sebagai spesies baru. Hasil pemeriksaan DNA menunjukkan bahwa ikan tersebut berbeda dengan semua jenis ikan yang ada.

Keberadaannya pertama kali ditemukan seorang instruktur selam yang bekerja pada sebuah operator wisata setahun lalu di perairan dangkal sekitar Pulau Ambon dan banda. Penemuan tersebut langsung dilaporkan kepada Ted Petsch, pakar ikan dari Universitas Washington untuk dipelajari.

"Seperti ikan kodok lainnya, ia punya sirip pada kedua sisi tubuhnya dan tumbuh seperti kaki. Namun, perilakunya belum pernah terlihat pada ikan sejenis lainnya," ujar Pietsch. Misalnya, ikan yang bertubuh bulat tersebut terlihat sesekali memantulkan diri di dasar laut seperti sebuah bola karet yang bergerak tak beraturan.

Pietsch kemudian memberinya nama spesies psychedelica sesuai gambaran penampilan dan perilakunya. Ikan tersebut masuk dalam genus Histiophryne sehingga nama ilmiahnya Histiophryne psychedelica.

"Saya pikir orang telah begitu mengenal ikan kodok dan menemukan satu ekor yang baru seperti ini sungguh terdengar spektakuler, " ujar Mark Erdman, penasihat senior program kelautan Conservation International. Ia mengatakan penemuan tersebut juga menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies di kawasan habitat yang masuk dalam Segitiga Koral tersebut mungkin masih banyak yang belum terungkap.

Tubuhnya yang sebesar kepalan tangan orang dewasa dilindungi kulit berlipat yang keras sehingga tahan dari gesekan terumbu karang.

Read More “Ikan Batik Berwajah Manusia di Laut Banda Neira”

Banda Neira Island is a Good Place For Diving





The Banda Islands (Indonesian: Kepulauan Banda) is one of the most beautifull place for diving in Indonesia. Either you are expert in diving or still a new one, you will enjoy the place. You can Start diving from Banda Neira up to vertical wall in Hatta Island. When you dive there sometimes you will see shark , penyu , a scholl of Napoleon Wrasse , tuna . big lobster and baraccuda. The Banda Island is a group of ten small volcanic islands in the Banda Sea, about 140km south of Seram island and about 2000km east of Java, and are part of the Indonesian province of Maluku. The main town and administrative centre is Bandanaira, located on the island of the same name. The Banda Island have a population of about 15,000.


Places for Diving in Banda Island.
Sonegat : This is the nearest place to dive. It’s around 5 minutes from beach. The location at Sonegat sea arm among Banda Neira and Volcano ( Gunung Api ) . Don’t forget to rent a guide man. There is one famous boy there. His name is Des Alwi. You can hire him as your tour guide. In this area you will see dogtooth tune , blue girdled and emperor angelfish.

Keraka Island : Keraka Island or some of people said The Crab island. A sand carpet in the north coast really a beautifull places for picnic. In the south of the coast there are several mini wall as high as 18 metre that was covered by hundreds large blue and yellow tunicates. In the east of the coast, you could see in the depth 10 metre , various fish of the coral stone and a group of barracuda.

Sjahrir Island and The Kapal Stone : The Sjahrir Island or that previously was known as the Island of bananas and the Kapal Stone only 20 minutes from the hotel in Banda-Neira by using the boat. This two places is a good for the activity dive in the morning, and the activity dive in the afternoon.


The volcano ( Gunung api ) : in May, 1988, the explosion from this mountain killed almost all coral around the Volcano, but now , some coral is grow again. The slope of the seabed reached 30-35 metre.

Lontar Island : the most outside fence from the Island threw, it was representative the outskirts part one sunken caldera, offered several good places for dove.

The Dutch stone : in this place, you will find heterogenous barrel and the tube sponge, and small caves and the gap. The fish that was in this area was very varying and heterogenous: a group snappers, large the Emperor, and blue-girdled angelfish, wrasses, large pinnate bat-fish and heterogenous bannerfish.
A i Island : this island offered the place dove best in the Banda Island. Good in the north and south coast and west from the Ai Island, was surrounded with the wall of perfect coral. Very beautifull
Hatta Island: the Hatta Island only 25 Km from the Island of Banda-Neira. A coral could be under the surface of sea water found some hundred metre from the south of the Hatta Island. To a coral that emerged to the surface of the earth, you could see the parade from unicornfish, Fusiliersm Jack Fish, and Rainbow Runners, often were see Whitetip Sharks.

Travel Tips
1. Check the latest travel advice for your destination and subscribe to receive free e-mail notification each time the travel advice for your destination is updated.

2. Before travelling overseas register your travel and contact details online or at the local embassy, high commission or consulate once you arrive, so they can contact you in an emergency

3. Make copies of your passport details, insurance policy, travellers cheques, visas and credit card numbers. Carry one copy in a separate place to the originals and leave a copy with someone at home

4. Check with health professionals for information on recommended vaccinations or other precautions and find out about overseas laws on travelling with medicines

5. Make sure your passport has at least six months validity and carry additional copies of your passport photo with you in case you need a replacement passport while overseas

6. Leave a copy of your travel itinerary with someone at home and keep in regular contact with friends and relatives while overseas

7. As soon as you arrive in another country, you are subject to that country’s local laws.

8. Please take care with your exchange rate. Check your rate in internet before you change your dolar. Or it’s more save to change your dolar to IDR in the bank. A good website to check the rate is www.klikbca.com

9. Say goodbye and thank you when you leave.

10. Dress modestly. Women should keep upper arms and thighs covered

11. Use only your right hand to eat and to hand objects or money to someone.

12. To reach Banda Island , you must flight to ambon first. You can reach ambon from Ujungpandang. From Ambon to Banda Island you can flight using Merpati Airlines.

13. It’s only a little accomodation there. Unfortunately no one of them make online business. So we don’t have any recommendation.

14. Don’t forget to bring your camera because you can go out to see the Dutch fortress and visited the nutmeg plantation. Also the route headed the Volcano will leave the impression that will not be forgotten with scenery that was amazing around the island of Banda-Neira

15. Dove is oke each of time year round but Don’t dove from July to September.
16. Dove really comfortable with calm water and had the good look power, but several places selam depended on several conditions that made these places only might be used by the experienced diver.

17. Tried to lease diving equipment from the big company, but remembered to check again diving equipment by your self.

18. For safety holiday please protect your self and your family with international insurance.
For Recommended international insurance program , please click link below :
Get the peace of mind you deserve while overseas. Purchase International Medical Insurance for as low as 70¢ a day.

19. Some Emergency case please dial 0911 108 ( Telkom Information Center ) . Here , you can ask your hotel telephone number and another emergency telephone number.

20. Have a Nice & Safe trip
Read More “Banda Neira Island is a Good Place For Diving”

Fort Belgica at Banda Neira



The nutmeg of Banda was in the 17e and 18e century a very good commercial product for Europe. In 1621 Jan Pieterszoon Coen, the governor-general of the V.O.C. in the Dutch East-Indies, gave order to kill all the Bandanese people on the Banda-Islands because they were not willing to allow the Dutch getting a trademonopoly for nutmegproduction on Banda. An enormous tragedy. 15.000 Bandanese people were killed by the Dutch . After the year 1621 pieces on the Islands called "perken" where hired to Dutch people by the V.O.C. ; they became managers of the nutmegplantations. Slaves were set in at the plantations. Those Dutch people where called : "perkeniers"


The son of Pieter van den Broecke was one of the earliest "perkeniers" on the island of Poeloe Ay, one of the Banda-islands. Later the family also started plantations on the island of Lonthor . Much of the things you see at Banda referres to the V.O.C. -period. At several moments on Banda you can see rituals in which the battle between de Dutch V.O.C. and the original Bandanees people is performed . Freedomfighters Mohammed Hatta and Soetan Sjahrir where exiled to Banda from 1636 until 1942 by the Dutch .
Read More “Fort Belgica at Banda Neira”